ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Patriot-bangsa - Operasi Seroja tak hanya
menyisakan luka, tapi juga ribuan kenangan yang tak terlupakan bagi setiap
prajurit yang dilibatkan. Banyak kisah-kisah heroik dalam pertempuran merebut
Kota Dili, Timor Timur dari tangan Fretilin.
Komando Pasukan Khusus
(Kopassus) juga dilibatkan dalam pertempuran itu. Pasukan elite TNI Angkatan
Darat itu diterjunkan dari udara bersama 35 prajurit Yonif Linud 501 Kostrad.
19 Prajurit Komando Pasukan
Sandhi Yudha (Kopassandha/sekarang Kopassus) diterjunkan dari udara. Mereka
bertugas merebut lokasi-lokasi strategis dari tangan musuh, yakni kantor
gubernur, lapangan terbang dan pelabuhan. Tugas lainnya adalah membantu
mengamankan Korps Marinir yang akan masuk melalui laut.
Pertempuran itu dilukiskan
dalam buku biografi 'Letjen (Purn) Soegito: Bakti Seorang Prajurit
Stoottroepen', yang ditulis Beny Adrian. Cetakan pertama tahun 2015, yang
diterbitkan PT Gramedia, Jakarta.
Jelang Subuh, tepatnya tanggal
7 Desember 1975, seluruh pasukan diterjunkan dari pesawat Hercules C-130. Belum
mencapai tanah, hujan tembakan sudah bermunculan. Akibatnya, beberapa prajurit
tewas terkena peluru saat payung masih mengembang.
Operasi Seroja 2015 buku hari
"h": 7 desember 1975
Sebagai perwira, Mayor Atang
Sutresna mendapat tugas tambahan, dalam Operasi Seroja, ditunjuk sebagai Komandan
Detasemen Tempur (Dandenpur). Dia diperintahkan membawa bendera merah putih.
Tujuannya hanya satu, memberi tanda lokasi yang sudah direbut dari tangan
musuh.
Semula, tugas ini dipandang
mudah. Apalagi, informasi intelijen menyebutkan Tropaz dan Fretilin diyakini
seperti hansip dan kamra. Setelah terjun ke medan pertempuran, ternyata
informasi tersebut salah, musuh menembaki pasukan TNI secara membabi buta.
Tugas semakin berat karena
tempat pengibaran bendera berada di tengah lapangan, depan kantor gubernur,
sebuah lokasi yang sangat terbuka dari tembakan musuh. Hanya prajurit nekat
yang bisa melakukannya.
Setelah mencapai darat, Mayor
Atang segera memberikan tugas tersebut kepada dua prajuritnya, yakni Koptu
Sugeng dan Koptu Suhar. Sedangkan dia memberikan tembakan perlindungan,
sekaligus mengalihkan perhatian musuh.
Koptu Sugeng dan Koptu Suhar
langsung berlari menuju lokasi pengibaran bendera. Dengan cepat, bendera
Fretilin segera diturunkan, diganti dengan merah putih. Sementara, suara
desingan peluru sudah semakin dekat.
Merah putih baru setengah
naik, satu peluru mengenai kaki Koptu Sugeng. Tapi hal itu tidak meruntuhkan
semangatnya. Dia hanya berucap singkat, "Har, aku kena."
Operasi Seroja 2015 buku hari
"h": 7 desember 1975
Kata-kata itu ditanggapi
dingin oleh Koptu Suhar. Dia tetap mengerek bendera agar segera mencapai
puncaknya. Bunyi desing peluru juga semakin banyak.
Tak lama, pengerekan bendera selesai.
Keduanya langsung mencari tempat perlindungan. Mereka juga melaporkan hasil
penugasannya pada Mayor Atang. Sementara Koptu Sugeng memeriksa kakinya yang
terkena tembakan, setelah dicek, ternyata peluru hanya mengenai kantong
minumannya.
Hujan tembakan membuat Mayor
Atang geregetan untuk menyudahinya. Dia berusaha bergerak mendekati lokasi
persembunyian musuh. Namun, niat tersebut tidak disetujui anak buahnya, koptu
Sugeng.
"Pak, tembakan masih
ramai dari situ," ujar Sugeng sembari menunjuk ke salah satu lokasi.
Kekhawatiran anak buahnya
tidak ditanggapi oleh Mayor Atang. Dia tetap berusaha keluar dari tempat
perlindungannya. Malang, baru 25 meter, peluru Fretilin menembus perutnya. Satu
peluru lainnya, tepat mengenai kepala.
Bendera Merah Putih berkibar
di tengah pertempuran. Tapi hari itu Kopassus kehilangan seorang perwira
terbaiknya.
Silahkan dishare
Baca Juga
Sumber:
https://www.merdeka.com
0 Response to "Menegangkan.! Kisah Heroik Kopassus Kibarkan Merah Putih di Tengah Hujan Peluru"
Posting Komentar