ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Patriot-bangsa - Nama Yum Soemarsono sudah
melegenda di dunia penerbangan helikopter tanah air. Menjadi teknisi,
penerbang, sekaligus pembuat helikopter saja sudah membuat orang lain
menggelengkan kepala. Keunikannya ternyata tak sampai di situ. Yum bisa
memperbaiki dan menerbangkan helikopter hanya dengan satu tangan!
Yum justru baru mulai belajar
menerbangkan helikopter. di tahun 1950-an ia berangkat ke AS untuk melakoni
sekolah formal menjadi pilot heli. Ternyata, kesempatan belajar di AS tidak
disia-siakan begitu saja. Di sela-sela waktunya, Yum mengikuti Helicopter
Design course di Stanford University.
Sepulangnya ke Indonesia, Yum
mendapat pukulan telak akibat hilangnya Soemarkopter helikopter ketiga yang ia
buat. Cobaan ini tidak membuatnya putus asa. Ia terus berkarya untuk kemajuan
penerbangan helikopter tanah air. Tahun 1963 Soekarno kepincut dan memilih Yum
menjadi pilot helikopter kepresidenan.
Dari situ ia berkenalan dengan
Ahmad Yani. Dari Ahmad Yani dan Soekarno pulalah Yum mendapat dorongan untuk
membangun sebuah helikopter lagi.
Yum kemudian ditempatkan di
Pindad untuk merancang helikopter buatannya yang diberi nama Kepik. Di saat
yang sama, Nurtanio juga sedang diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan
perakitan helikopter Benson yang baru dibeli Indonesia. Saat itu, Yum dibantu
oleh Senduk, Achmad, dan Tosin.
Seperti yang diceritakan oleh
wartawan senior Angkasa Dudi Sudibyo dalam buku seri Kisah Hebat di Udara 2,
mesin terbang keempat inilah yang hampir merenggut nyawa Yum Soemarsono. Saat
ingin lepas landas dan terbang ke Jakarta dari halaman Pindad, Maret 1964, Yum
memegang kemudi Kepik. Mesinnya meraung kian tinggi, bersamaan dengan putaran
rotor yang kian cepat.
Roda Kepik sudah tak sabar
ingin lepas dari tanah. Sayang, saat mesin makin digeber, salah satu bilah
rotor lepas. Bagaikan pisau tajam, bilah baling-baling itu lewat persis di
depan dahi Yum dan menebas tangan kirinya, terlempar tak tentu arah, sampai
terhenti akibat menabrak tembok.
Penerbangan ini merupakan
penerbangan Kepik yang ke tujuh setelah sebelumnya sukses melaksanakan uji
terbang di sekitaran Bandung, Jawa Barat. Sedianya, Kepik akan mendarat di
depan Presiden Soekarno dan Ahmad Yani.
Dalam musibah ini Yum harus
kehilangan salah seorang asisten terdekatnya, bernama Dali. Yum pun butuh waktu
hampir dua tahun untuk memulihkan cedera fisik dan psikologisnya. Ia dengan
halus menolak hampir seluruh bantuan rumah, tanah, dan kendaraan dari Soekarno.
Keinginan Yum hanya satu, ia ingin terbang lagi.
Sekitar satu minggu sebelum
peristiwa Gestapu meletus tanggal 27 September 1965, Yum berhasil terbang
kembali dengan helikopter Hiller. Akibat kisruh nasional itu, Yum beralih dari
pilot heli kepresidenan menjadi pilot penyemprot hama tebu dan kelapa.
Bagaimana Yum bisa terbang
lagi dengan satu tangan? Memang dasarnya belajar dari pengalaman, Yum
menciptakan sebuah alat pengendali khusus untuk lengannya yang diamputasi. Pria
kelahiran Purworejo, 10 April 1916 ini menyebut alat ciptaannya itu dengan nama
Throttle Collective Device.
Awalnya, Throttle Collective
Device dibuat hanya untuk helikopter Hiller. Namun saat Solichin GP, mantan
Gubernur Jawa Barat meminta bantuannya untuk menghidupkan kembali heli Bell
47J2 yang dibeli dari TNI AL, Yum Soemarsono menyempurnakan ciptaannya itu agar
lebih sesuai dengan helikopter yang lebih mondern. Bell 47J2 yang dihidupkan
Yum kemudian diberi nama Si Walet.
Yum selalu menggunakan
Throttle Collective Device ciptaannya saat menerbangkan helikopter, hingga saat
Si Walet dijual. Yum mencopot alat istimewa itu dan disimpannya baik-baik di
rumahnya sebagai kenang-kenangan.
Selepas terbang bersama Si
Walet, pria yang karirnya dimulai di Artellerie Constructie Winkel, atau
bengkel peralatan militer di Surabaya ini sempat menggunakan Throttle
Collective Device di Prancis. Saat itu ia diundang oleh seorang pemilik museum
pesawat pribadi di Prancis tahun 1990. Aksinya terbang dengan heli Bell 47G dan
alat uniknya tak ayal mengundang decak kagum para penggemar penerbangan yang
hadir saat itu.
Throttle Collective Device ini
hingga detik ini masih teramat jarang, atau bahkan mungkin tidak ada yang lain.
Setidaknya, belum ada literatur yang menceritakan soal ‘teknologi’ Throttle
Collective Device, terutama untuk membantu kaum difabel menerbangkan helikopter.
Yum Soemarsono sendiri tutup
usia tanggal 5 Maret 1990. Ia meninggalkan legacy yang lebih berharga dari
sekedar harta untuk bangsa ini. Yum Soemarsono, pria yang kecilnya cuma
terbengong melihat pesawat berterbangan di pinggir landasan Tidar, Magelang ini
membuktikan bahwa kemampuan bangsa Indonesia tak kalah dengan orang-orang Eropa
dan Amerika.
Silahkan dishare.
Baca Juga
Sumber:http://angkasa.co.id/
0 Response to "Mengenal Kehebatan Yum Soemarsono, Sang Pilot Heli Bertangan Satu, Luar Biasa.!!"
Posting Komentar